Diplomatic Forum 2025 yang diselenggarakan Voice of Indonesia LPP RRI di Pendopo Si Panji Purwokerto pada 27 November 2025 menghadirkan para duta besar dari delapan negara untuk membahas pengelolaan sampah dalam konteks isu lingkungan global. Mahasiswa Universitas Harapan Bangsa turut diundang sebagai audiens, memberikan kesempatan bagi mereka untuk memahami praktik diplomasi internasional yang berkaitan dengan keberlanjutan. Acara dibuka dengan penampilan Tari Lengger dan musik calung sebagai perkenalan budaya Banyumas sebelum para tamu negara mendengarkan sambutan dari Duta Besar Seychelles. Dalam pernyataannya, ia memuji keberhasilan Banyumas mengembangkan model pengelolaan sampah yang efektif hingga menjadi rujukan di negaranya serta dinilai relevan untuk banyak negara yang menghadapi tantangan serupa.

Forum ini mempertemukan perwakilan diplomatik dari Seychelles, Cambodia, Cuba, Ethiopia, Jordan, Poland dan Uzbekistan serta delegasi European Investment Bank, jajaran direksi RRI, anggota DPR RI Komisi VII dan Bupati Banyumas. Sekitar seratus peserta hadir, termasuk mahasiswa dari Universitas Harapan Bangsa, Universitas Jenderal Soedirman, Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri. Di tengah diskusi para duta besar mengenai praktik lingkungan yang inklusif dan kolaboratif, mahasiswa mendapatkan ruang untuk mengamati bagaimana agenda keberlanjutan dibicarakan pada level global, sebuah pengalaman yang selaras dengan kerangka tujuan pembangunan berkelanjutan yang mendorong kemitraan lintas sektor.

Universitas Harapan Bangsa mengirimkan empat mahasiswa, yaitu Lilia Istifani, Hasan Malik Ferdiansyah, Sasa Ines Sagita dan Salsabila Fortuna Muliana dengan pendampingan Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Program Sarjana Tri Pujiani, S.Pd., M.Pd. Menurutnya, forum ini membuka cakrawala mahasiswa tentang dinamika hubungan antarnegara sekaligus memperkuat pemahaman mereka mengenai pentingnya komunikasi lintas budaya dalam isu lingkungan. Pengalaman tersebut semakin diperkuat dengan interaksi informal ketika para tamu diplomatik menikmati kuliner Banyumas seperti Soto Sokaraja, mendoan dan sate lontong yang mendapat apresiasi tinggi karena cita rasanya dianggap hangat dan khas.

LPH

By LPH

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *